foto saat sedang berjemur |
Selamat sore guys, Melihat status update terbaru konfirmasi
Positif Covid di Indonesia sebanyak 4.153.355 kasus dan sebanyak 3.887.410 kasus sembuh. Alhamdulillah, Kasus
Covid-19 didaerahku, Kepulauan Riau juga sudah mulai menurun seperti kawasan
Kota Batam yang kini berubah jadi zona kuning, Wilayah Bintan juga zona kuning
dan wilayah Kota Tanjung Pinang masih zona oranye.
Hasil RT-PCR Positif
Pada Rabu, 23 Juni 2021 lalu dari tim Covid di perusahaan
tempatku bekerja mendapat informasi bahwa salah satu teman seruanganku memiliki
hasil rapid antigen reaktif/positif. Temanku rutin melakukan dialisis darah ke
Rumah sakit karena masalah ginjal, jadi melakukan rapid antigen adalah salah
satu prosedur selama masa pandemi di rumah sakit, selain itu pada bulan Juni
lalu angka kasus Covid-19 cukup tinggi didaerahku.
Berhubung di ruanganku cukup ramai, kurang lebih 30 orang
dan 4 departemen akhirnya dari management memutuskan melakukan test RT-PCR
kepada kami satu ruangan dan karyawan dari departemen lain yang kebetulan
bergejala. Kami melakukan tes pada pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB- 10.00 WIB
dan hasilnya keluar pada sore hari. Ketika menunggu hasil swab, kami tetap
melakukan aktivitas bekerja seperti biasa, makan siang diantarkan, tetapi hanya
diruangan saja. Nah, untuk penggunaan toilet, salah satu bilik toilet laki-laki
dan wanita dikhususkan untuk ruangan kami.Agar menghindari penambahan cluster
jika salah satu dari kami memiliki hasil positif.
Hasil swab keluar ketika pukul 14.00 WIB, ada 6 orang
positif Covid-19 dari seluruh peserta swab PCR sebanyak 32 orang, dan salah
satunya aku. Hasil CT value ku 36,87 dan 37.97 kalau dilihat angkanya memang
besar tapi pada sistem pembacaan hasil, CT Value ku dikategorikan rendah.
Memang sih, hasil CT Value tidak serta merta menjadi acuan seberapa
menularnya seseorang, tetapi dengan hasil CT Value segitu aku merasa cukup
tenang.
Berikut FAQ yang aku screenshoot dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengenai CT value
hasil RT-PCR
Pindah ke Dormitory
Isolasi
Awalnya aku tidak merasakan gejala seperti batuk, pilek , demam, dan lain-lain. Hanya saja beberapa hatri terakhir aku mengalami susah tidur. Seperti ada yang salah pada posisi tidur, dan napas sedikit tidak teratur. Hal seperti ini adalah hal biasa karena pada dasarnya aku juga mengalami susah tidur, efek dari susah tidur juga beragam, terkadang lemah, lesuh karena kantuk kadang juga merasa tidak enak badan pada keseesokan harinya.
Ok, kita lanjutkan pengalaman setelah konfirmasi Covid-19.
Setelah mendapat informasi hasil PCRT test, akupun bergegas
merapikan barang-barang ku dimeja kantor, dan menyusun beberapa dokumen yang
bisa kubawa ke Dorm isolasi ( Rumah isolasi untuk konfirmasi Positif Covid-19
yang di provide dari kantor untuk
karyawan yang tinggal di dormitory).
Sebenarnya dari Pemerintah daerah juga menyediakan Rumah singgah untuk
masyarakat yang terkonfirmasi Positif Covid-19.
Dorm isolasi |
Aku menyiapkan pakaian, snack, alat makan dan minum, juga
seprai dan beberapa keperluan lain. Aku membawa 1 ransel besar, 1 ransel kecil
dan tas laptop beserta 1 galon air mineral. Setelah sampai di dorm isolasi
barulah aku menyadari bahwa banyak keperluan yang tidak kubawa. (LOL)
Dormitory isolasiku terdiri dari 3 kamar dan dilengkapi 1
ranjang berukuran single, meja, kursi, Air
Conditioner (AC). Kalau berdasarkan luas kamar, Dorm isolasi lebih luas
dibandingkan kamarku. Karena pada Dormitoryku terdapat 6 kamar tidur, sedangkan
dorm isolasi hanya 3 kamar sehingga kamar lebih luas dan ruangan lain juga
luas. Selain itu, terdapat mesin cuci, kompor listrik, periuk, kettle listrik,
dan setrika. Awalnya aku cukup betah tinggal di dorm isolasi hanya saja suasananya
sepi, hanya terdengar suara orang dari dorm isolasi sebelah yang dihuni oleh
perusahaan lain. Oya, Dorm isolasi juga diawasi oleh security, terkadang juga
ada polisi.
suasana kamar |
Setelah 5 hari ku sendirian di dorm isolasi, akhirnya seorang teman kantorku menyusul pindah ke dorm isolasi karena terkonfirmasi positif Covid-19 juga, 2 hari kemudian seorang temanku juga menyusul.
Untuk lunch, kami
disedikan oleh perusahaan. Untuk kebutuhan lain seperti sarapan, snack dan
lain-lain, kami mengandalkan delivery dari swalayan dan rumah makan di kawasan industry.
Delivery dilakukan bisa melalui transfer atau cash dengan cara menggantungkan
uang pada pintu.
Setelah beberapa hari aku melakukan isolasi mandir, teman
sedorm ku mengirimi banyak snack buatku. Awalnya aku hanya meminta tolong
mereka untuk mengambil stock makanan di kabinet kamarku, ternyata mereka
menambahkan berbagai snack, boneka untuk ku. Terlove deh buat mereka.
titipan barang |
Makanan titipan plus ditambahin |
Ternyata Ibu ku yang sedang berkunjung ke Batam juga
menitipkan paket berisi buah-buah, kue, dan blender kepada abang iparku utk di
titip ke Dorm isolasi
Salah seorang temanku bahkan ada yang menyempatkan diri buat
jus apel karena tahu bahwa aku suka jus apel, ada lagi yang tiap mau beli makan
malam selalu menanyakan kepadaku untuk menitip apa.
Kiriman buah-buahan kering dari bos |
Aku bersyukut banget banyak yang sayang dan mau merepotkan diri untuk menyiapkan keperluanku.
Karena sekecil apapun bantuan orang-orang disekitar, sangat
berarti buatku.
kiriman ibu dan kakakku dari Batam |
Berjemur
Salah satu upaya untuk mengurangi gejala dan membantu meningkatkan vitamin D pada tubuh yaitu dengan cara berjemur.
Pada awal-awal isolasi aku sering update foto berjemur
|
Gejala
Aku mengalami batuk setelah 12 hari isolasi mandiri yaitu
Tanggal 5 Juli. Artinya gejalaku mulai muncul pada minggu ke-2. Pada hari ke
14, awalnya aku hanya merasa hidung tersumbat tetapi bisa hilang jika aku
mencium minyak kayu putih sambil bekerja.
Hari ke 11, Tanggal 4 Juli 2021 : Demam
Hari ke 12, Tanggal 5 Juli 2021: Batuk
Hari ke 13, Tanggal 6 Juli 2021: Batuk, Pilek (Pagi), Hidung
tersumbat (sore)
Hari ke 14, Tanggal 7 Juli 2021: Hilang Indera Perasa
(Pagi), Hilang indera penciuman & perasa (Sore)
Hari ke 15, Tanggal 8 Juli 2021: Anosmia (Hilang indera
penciuman dan perasa)
Hari ke 16, Tanggal 9 Juli 2021 : Anosmia (Hilang indera
penciuman dan perasa)
Hari ke 17, Tanggal 10 Juli 2021 : Anosmia (Hilang indera
penciuman dan perasa), Indera Penciuman & perasa sudah membaik sekitar 80%
(Sore hari)
Hari ke 18, Tanggal 11 Juli 2021: indera penciuman &
perasa sdh membaik
Wajah ketika mulai bergejala |
Batuk biasa, jika kita sudah batuk akan terasa lega. Batuk
Covid-19 lebih terasa menyesak. Jika kita batuk akan muncul batuk yang lain dan
kita perlu menekan batuknya sehingga terasa lega (semoga maksud penyampaianku
sampai hehe)
Nasal Irrigation |
Aku mencoba menggunakan nasal irrigation, awalnya hanya
mengurangi sedikit gejala. Setelah di coba berkali-kali dan bertekad untuk
secepatnya sembuh, Alhamdulillah seteleh percobaan kesekian kali dan beberapa
hari akhirnya gejala mulai berkurang. Dan bernapasan melalui hidung juga mulai lancar.
Tetapi menggunaakn nasal irrigation sungguh tidak nyaman, dan harus
berhati-hati.
Hilang penciuman dan perasa
Awalnya, gejala yang paling mengganggu adalah hidung
tersumbat. Tetapi pada selasa siang ketika makan nasi pakai rending, aku tidak
bisa merasakan bagaimana rasa rendang tersebut, apakah itu pedas atau manis. Seketika
aku panik, dan langsung membuat minuman dengan menambahkan Redoxon kedalamnya,
ternyata benar. Aku tidak bisa merasakan bagaimana rasa campuran redoxon dan
air putih, biasanya akan terasa asam tetapi aku tidak bisa merasa sama sekali. Aku
merasa seperti ada sensor dikepalaku yang rusak. Tetapi untuk indera
penciumanku masih Ok dan bisa mencium bau makanan.
Nescafe Mocha terasa hambar |
Sore harinya aku ingin sekali minum nescafe Mocha versi
kaleng , tiba-tiba aku tidak bisa mencium aroma dari nescafe tersebut. Terasa
seperti meminum air putih, terasa hambar dan tidak berbau.
Ok, fix aku mengalami anosmia alias indera penciuman dan
perasa terganggu.
Kehilangan indera perasa dan penciuman adalah salah satu
cobaan hilangnya salah satu kenikmatan. Sebab apapun yang kita makan, secara
otomatis kita akan mencium dan merasa makanan tersebut. Kehilangan indera
perasa dan penciuman juga mengganggu aktivitas lainnya. Kepalaku terasa berat,
dan hidung juga masih tersumbat.
Minyak Kayu Putih, lemon, Redoxon, antiviral |
Mungkin dari kalian ada yang berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi
kehilangan penciuman, bagiku hal yang paling susah adalah mengatasi kehilangan
perasa.
Guys, pernah ga kalian merasakan lidah yang mati rasa akibat
memakan makanan saat panas-panas?
FYI untuk pedas, aku bisa merasakannya apalagi di pangkal
lidah
setelah packing mau pulang |
Barang-barang akan dibawa pulang |
Ringkasan dari ceritaku di atas adalah
Hati-hati ya guys,
1. Selalu mengikuti Protokol Kesehatan ketika dimana pun.
2. Jangan lengah dan menganggap karena kerabat, teman dan
orang-orang disekitar aman dan terbebas dari Covid-19. Jika kalian terkonfirmasi
Positif, siapkan mental dan selalu berdoa selain itu juga berusaha.
3. Jangan begadang, istirahat yang cukup
karena aku merasa
bahwa daya tahan tubuh ku berkurang mungkin salah satu faktornya karena aku
sering begadang selama masa isolasi mandiri. Hal ini dikarenakan aku adalah
tipe orang yang penakut baik itu di tempat baru atau tempat lama. Terlebih lagi
aku pindah ke dorm isolasi dimana dorm nya selalu kosong jika tidak ada kasus
positif di kantorku, kamar kiri dan kananku kosong sehingga aku mengahiskan malamku dengan menonton Netflix sama terasa kantuk, lalu pagi harinya ku mulai bekerja WFH (work from home).
Istirahat yang cukup ya guys
4. Jaga pola Makan
Ini adalah salah satu pesanku buat teman-teman yang saat ini jadi pasien Covid-19 baik itu bergejala maupun tidak. Jujur, awal-awal isolasi mandiri aku merasa sepele dengan Covid-19 dikarenakan pada test PCR CT Value aku cukup tinggi yang artinya masa recovery dan aku tidak bergejala. Padahal nilai CT Value tidak bisa untuk menentukan viral load individu, dan pola makanku juga tidak teratur. Selain konsumsi makanan kiriman ibuku yaitu rendang, aku juga mie instan dan jajanan lainnya. Padahal menurutku, pada awal hingga selesai isolasi mandiri kita perlu memperhatikan pola makan, makan dengan teratur, konsumsi makanan bergizi, dan vitamin.
Disaat sudah bergejala barulah aku mulai rutin konsumsi obat dan vitamin selain itu juga benar-benar menjaga makanan, tetapi karena kondisiku sedang anosmia maka makanan dan minuman terasa hambar.
Salah seorang temanku bercerita saat dia menjadi pasien Covid-19, dia mengkonsumsi bubur ayam agar mudah dicerna dan tidak butuh effort besar saat makan.
5. Minum vitamin, rutin cek kondisi kesehatan
Awalnya aku tidak rutin konsumasi vitamin, ketika mulai bergejala dan benar-benar merasakan tidak nyaman dengan kondisi kesehatanku barulah aku rutin konsumsi obat dan vitamin.
Untuk obat, aku memperoleh dari Puskesmas terdekat. Untuk vitamin, aku konsumsi redoxon dan obat Lianhua Qingwen. Oya guys bagi yang belum pernah konsumsi obat cina Lianhua Qingwen, aku mau sharing nih jadi Penggunaan Obat ini yaitu mengkonsumsi 4 tablet sekali makan dan tiga kali sehari. Beberapa teman ku mengatakan mengalami perubahan yang positif yaitu gejalanya berkurang. Aku pribadi tidak rutin konsumsi obat ini, hanya sekali sehari dan 4 tablet sekali makan. Efeknya tidak terlalu terlihat, hanya saja aku merasa ingin istirahat dan tidur, setelah bangun tidur terasa segar. Nah kalau kalian mengkonsumsi obat ini, aku saranin untuk minum air putih banyak-banyak, dan air seni kita berwarna kuning.
6 Berjemur
Silakan ditambah jika kalian ingin menambahka nya.
oximeter- aku rutin mengecek karena khawatir takut tiba-tiba drop |
Informasi
1. https://covid19.go.id/
2. https://www.kemkes.go.id
3. https://www.cdc.gov/
4. https://www.who.int/
dan lain-lain
Selain dari beberapa website diatas, aku juga mengikut/
follow akun twitter dari website tersebut jadi informasi-informasi terbaru
cepat terakses
So, sampai jumpa pada ceritaku selanjutnya
xoxo
Ira