Pengalaman jadi pasien COVID-19

September 10, 2021

foto saat sedang berjemur

Haihaihai

Selamat sore guys, Melihat status update terbaru konfirmasi Positif Covid di Indonesia sebanyak 4.153.355 kasus dan sebanyak  3.887.410 kasus sembuh. Alhamdulillah, Kasus Covid-19 didaerahku, Kepulauan Riau juga sudah mulai menurun seperti kawasan Kota Batam yang kini berubah jadi zona kuning, Wilayah Bintan juga zona kuning dan wilayah Kota Tanjung Pinang masih zona oranye. 

 Pada postingan ini, aku mau share pengalaman ketika terinfeksi Covid-19 pada 23 Juni 2021 lalu. Sebenarnya tujuanku share pengalaman adalah sabagai penginga dimasa depan bahwa aku pernah menjadi pasien Covid-19. Aku adalah salah satud dari ribuan orang penyumbang angka kasus konfirmasi di negeriku dan dunia. Sebenarnya malu sih karena bukannya berpretasi mengharumkan nama pribadi dan bangsa tapi malah sebaliknya.


Hasil RT-PCR Positif

Pada Rabu, 23 Juni 2021 lalu dari tim Covid di perusahaan tempatku bekerja mendapat informasi bahwa salah satu teman seruanganku memiliki hasil rapid antigen reaktif/positif. Temanku rutin melakukan dialisis darah ke Rumah sakit karena masalah ginjal, jadi melakukan rapid antigen adalah salah satu prosedur selama masa pandemi di rumah sakit, selain itu pada bulan Juni lalu angka kasus Covid-19 cukup tinggi didaerahku.

Berhubung di ruanganku cukup ramai, kurang lebih 30 orang dan 4 departemen akhirnya dari management memutuskan melakukan test RT-PCR kepada kami satu ruangan dan karyawan dari departemen lain yang kebetulan bergejala. Kami melakukan tes pada pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB- 10.00 WIB dan hasilnya keluar pada sore hari. Ketika menunggu hasil swab, kami tetap melakukan aktivitas bekerja seperti biasa, makan siang diantarkan, tetapi hanya diruangan saja. Nah, untuk penggunaan toilet, salah satu bilik toilet laki-laki dan wanita dikhususkan untuk ruangan kami.Agar menghindari penambahan cluster jika salah satu dari kami memiliki hasil positif.

Hasil swab keluar ketika pukul 14.00 WIB, ada 6 orang positif Covid-19 dari seluruh peserta swab PCR sebanyak 32 orang, dan salah satunya aku. Hasil CT value ku 36,87 dan 37.97 kalau dilihat angkanya memang besar tapi pada sistem pembacaan hasil, CT Value ku dikategorikan rendah.

Memang sih, hasil CT Value tidak serta merta menjadi acuan seberapa menularnya seseorang, tetapi dengan hasil CT Value segitu aku merasa cukup tenang.

 Kalau di bilang syok sih ga terlalu ya, hanya saja aku kecewa pada diri sendiri karena tidak bisa sekuat yang lainnya.

Berikut FAQ yang aku screenshoot dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengenai CT value hasil RT-PCR

 

Pindah ke Dormitory Isolasi

Awalnya aku tidak merasakan gejala seperti batuk, pilek , demam, dan lain-lain. Hanya saja beberapa hatri terakhir aku mengalami susah tidur. Seperti ada yang salah pada posisi tidur, dan napas sedikit tidak teratur. Hal seperti ini adalah hal biasa karena pada dasarnya aku juga mengalami susah tidur, efek dari susah tidur juga beragam, terkadang lemah, lesuh karena kantuk kadang juga merasa tidak enak badan pada keseesokan harinya.

Ok, kita lanjutkan pengalaman setelah konfirmasi Covid-19.

Setelah mendapat informasi hasil PCRT test, akupun bergegas merapikan barang-barang ku dimeja kantor, dan menyusun beberapa dokumen yang bisa kubawa ke Dorm isolasi ( Rumah isolasi untuk konfirmasi Positif Covid-19 yang di provide dari kantor untuk karyawan yang tinggal di dormitory). Sebenarnya dari Pemerintah daerah juga menyediakan Rumah singgah untuk masyarakat yang terkonfirmasi Positif Covid-19.

Dorm isolasi

Setelah itu, aku pulang ke dormitoryku untuk menyiapkan kebutuhan yang aku perlukan selama 14 hari isolasi mandiri. Aku diantar menggunakan ambulance dari kantor, yang mana temanku menjadi supirnya menggunakan Hazmat.

Aku menyiapkan pakaian, snack, alat makan dan minum, juga seprai dan beberapa keperluan lain. Aku membawa 1 ransel besar, 1 ransel kecil dan tas laptop beserta 1 galon air mineral. Setelah sampai di dorm isolasi barulah aku menyadari bahwa banyak keperluan yang tidak kubawa. (LOL)

 Dorm isolasi terletak di blok berbeda 1 dengan dormitoryku sehingga tidak cukup jauh. Dormitory teman kantorku juga terletak berseberangan dengan dorm isolasi meskipun tidak pas berseberangan pintu tetapi cukup memberi suasana dan tidak sepi.

Dormitory isolasiku terdiri dari 3 kamar dan dilengkapi 1 ranjang berukuran single, meja, kursi, Air Conditioner (AC). Kalau berdasarkan luas kamar, Dorm isolasi lebih luas dibandingkan kamarku. Karena pada Dormitoryku terdapat 6 kamar tidur, sedangkan dorm isolasi hanya 3 kamar sehingga kamar lebih luas dan ruangan lain juga luas. Selain itu, terdapat mesin cuci, kompor listrik, periuk, kettle listrik, dan setrika. Awalnya aku cukup betah tinggal di dorm isolasi hanya saja suasananya sepi, hanya terdengar suara orang dari dorm isolasi sebelah yang dihuni oleh perusahaan lain. Oya, Dorm isolasi juga diawasi oleh security, terkadang juga ada polisi.

suasana kamar

Setelah 5 hari ku sendirian di dorm isolasi, akhirnya seorang teman kantorku menyusul pindah ke dorm isolasi karena terkonfirmasi positif Covid-19 juga, 2 hari kemudian seorang temanku juga menyusul.

Untuk lunch, kami disedikan oleh perusahaan. Untuk kebutuhan lain seperti sarapan, snack dan lain-lain, kami mengandalkan delivery dari swalayan dan rumah makan di kawasan industry. Delivery dilakukan bisa melalui transfer atau cash dengan cara menggantungkan uang pada pintu.

 Dikirimin Paket

Setelah beberapa hari aku melakukan isolasi mandir, teman sedorm ku mengirimi banyak snack buatku. Awalnya aku hanya meminta tolong mereka untuk mengambil stock makanan di kabinet kamarku, ternyata mereka menambahkan berbagai snack, boneka untuk ku. Terlove deh buat mereka.

titipan barang

Makanan titipan plus ditambahin


Aku juga menitipkan bantal dan guling, karena merasa kurang cocok denga bantal yang disedikan.

Ternyata Ibu ku yang sedang berkunjung ke Batam juga menitipkan paket berisi buah-buah, kue, dan blender kepada abang iparku utk di titip ke Dorm isolasi

Salah seorang temanku bahkan ada yang menyempatkan diri buat jus apel karena tahu bahwa aku suka jus apel, ada lagi yang tiap mau beli makan malam selalu menanyakan kepadaku untuk menitip apa.

Kiriman buah-buahan kering dari bos


Aku bersyukut banget banyak yang sayang dan mau merepotkan diri untuk menyiapkan keperluanku.

Karena sekecil apapun bantuan orang-orang disekitar, sangat berarti buatku.

kiriman ibu dan kakakku dari Batam

Berjemur

Salah satu upaya untuk mengurangi gejala dan membantu meningkatkan vitamin D pada tubuh yaitu dengan cara berjemur. 


Pada awal-awal isolasi aku sering update foto berjemur

Masih update foto berjemur tetapi mulai bergejala

Gejala

Aku mengalami batuk setelah 12 hari isolasi mandiri yaitu Tanggal 5 Juli. Artinya gejalaku mulai muncul pada minggu ke-2. Pada hari ke 14, awalnya aku hanya merasa hidung tersumbat tetapi bisa hilang jika aku mencium minyak kayu putih sambil bekerja.

Hari ke 11, Tanggal 4 Juli 2021 : Demam

Hari ke 12, Tanggal 5 Juli 2021: Batuk

Hari ke 13, Tanggal 6 Juli 2021: Batuk, Pilek (Pagi), Hidung tersumbat (sore)

Hari ke 14, Tanggal 7 Juli 2021: Hilang Indera Perasa (Pagi), Hilang indera penciuman & perasa (Sore)

Hari ke 15, Tanggal 8 Juli 2021: Anosmia (Hilang indera penciuman dan perasa)

Hari ke 16, Tanggal 9 Juli 2021 : Anosmia (Hilang indera penciuman dan perasa)

Hari ke 17, Tanggal 10 Juli 2021 : Anosmia (Hilang indera penciuman dan perasa), Indera Penciuman & perasa sudah membaik sekitar 80% (Sore hari)

Hari ke 18, Tanggal 11 Juli 2021: indera penciuman & perasa sdh membaik

Wajah ketika mulai bergejala

 Batuk Covid-19, Aku dan beberapa temanku merasa bahwa batuk yang diderita oleh pasien Covid-19 berbeda dengan batuk biasa (Bisa jadi hanya aku dan beberapa teman saja yang merasakan ini)

Batuk biasa, jika kita sudah batuk akan terasa lega. Batuk Covid-19 lebih terasa menyesak. Jika kita batuk akan muncul batuk yang lain dan kita perlu menekan batuknya sehingga terasa lega (semoga maksud penyampaianku sampai hehe)

 Hidung tersumbat, ketika hidung tersumbat karena Flu biasa, kita akan menggunakan inhaler atau minyak kayu putih untuk mengurangi rasa tidak enak dihidung. Tetapi ketika menjadi pasien Covid-19 aku mengalami hidung tersumbat berari-hari seperti ada yang menghambat pada dasar hidung.

Nasal Irrigation


Aku mencoba menggunakan nasal irrigation, awalnya hanya mengurangi sedikit gejala. Setelah di coba berkali-kali dan bertekad untuk secepatnya sembuh, Alhamdulillah seteleh percobaan kesekian kali dan beberapa hari akhirnya gejala mulai berkurang. Dan bernapasan melalui hidung juga mulai lancar. Tetapi menggunaakn nasal irrigation sungguh tidak nyaman, dan harus berhati-hati.

Hilang penciuman dan perasa

Awalnya, gejala yang paling mengganggu adalah hidung tersumbat. Tetapi pada selasa siang ketika makan nasi pakai rending, aku tidak bisa merasakan bagaimana rasa rendang tersebut, apakah itu pedas atau manis. Seketika aku panik, dan langsung membuat minuman dengan menambahkan Redoxon kedalamnya, ternyata benar. Aku tidak bisa merasakan bagaimana rasa campuran redoxon dan air putih, biasanya akan terasa asam tetapi aku tidak bisa merasa sama sekali. Aku merasa seperti ada sensor dikepalaku yang rusak. Tetapi untuk indera penciumanku masih Ok dan bisa mencium bau makanan.

Nescafe Mocha terasa hambar


Sore harinya aku ingin sekali minum nescafe Mocha versi kaleng , tiba-tiba aku tidak bisa mencium aroma dari nescafe tersebut. Terasa seperti meminum air putih, terasa hambar dan tidak berbau.

Ok, fix aku mengalami anosmia alias indera penciuman dan perasa terganggu.

Kehilangan indera perasa dan penciuman adalah salah satu cobaan hilangnya salah satu kenikmatan. Sebab apapun yang kita makan, secara otomatis kita akan mencium dan merasa makanan tersebut. Kehilangan indera perasa dan penciuman juga mengganggu aktivitas lainnya. Kepalaku terasa berat, dan hidung juga masih tersumbat.

 Setelah beberapa hari dan berkali-kali percobaan menggunakan nasal irrigation, barulah ada perubaha yang memberi manfaat indera penciumanku mulai membaik tetapi indera perasa masih tetap.

Minyak Kayu Putih, lemon, Redoxon, antiviral


Mungkin dari kalian ada yang berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi kehilangan penciuman, bagiku hal yang paling susah adalah mengatasi kehilangan perasa.

Guys, pernah ga kalian merasakan lidah yang mati rasa akibat memakan makanan saat panas-panas?

Nah lidahku terasa seperti itu, bukan terbakar ya
tetapi terasa hambar dan tidak merasa apa-apa. Setelah indera penciumanku mengalami kemajuan, aku juga melatih indera pengecep dengan cara mencoba garam, gula, buah-buahan.

FYI untuk pedas, aku bisa merasakannya apalagi di pangkal lidah

setelah packing mau pulang

 Alhamdulillah, Pada tanggal 11 Juli, aku kembali k dormitoryku sebelumnya. Kondisi kesehatanku sudah membaik, sudah bisa merasa dan mencium bau hanya saja belum normal seperti sebelumnya. Untuk mencegahnya, aku tetap menggunakan masker ketika keluar kamar, dan memilih toilet berbeda dengan teman-teman lainnya selama seminggu.

 

Barang-barang akan dibawa pulang



Ringkasan dari ceritaku di atas adalah

Hati-hati ya guys,

1. Selalu mengikuti Protokol Kesehatan ketika dimana pun.

2. Jangan lengah dan menganggap karena kerabat, teman dan orang-orang disekitar aman dan terbebas dari Covid-19. Jika kalian terkonfirmasi Positif, siapkan mental dan selalu berdoa selain itu juga berusaha.

3. Jangan begadang, istirahat yang cukup

 karena aku merasa bahwa daya tahan tubuh ku berkurang mungkin salah satu faktornya karena aku sering begadang selama masa isolasi mandiri. Hal ini dikarenakan aku adalah tipe orang yang penakut baik itu di tempat baru atau tempat lama. Terlebih lagi aku pindah ke dorm isolasi dimana dorm nya selalu kosong jika tidak ada kasus positif di kantorku, kamar kiri dan kananku kosong sehingga aku mengahiskan malamku dengan menonton Netflix sama terasa kantuk, lalu pagi harinya ku mulai bekerja WFH (work from home). 

Istirahat yang cukup ya guys

4. Jaga pola Makan

Ini adalah salah satu pesanku buat teman-teman yang saat ini jadi pasien Covid-19 baik itu bergejala maupun tidak. Jujur, awal-awal isolasi mandiri aku merasa sepele dengan Covid-19 dikarenakan pada test PCR CT Value aku cukup tinggi yang artinya masa recovery dan aku tidak bergejala. Padahal nilai CT Value tidak bisa untuk menentukan viral load individu, dan pola makanku juga tidak teratur. Selain konsumsi makanan kiriman ibuku yaitu rendang, aku juga mie instan dan jajanan lainnya. Padahal menurutku, pada awal hingga selesai isolasi mandiri kita perlu memperhatikan pola makan, makan dengan teratur, konsumsi makanan bergizi, dan vitamin. 

Disaat sudah bergejala barulah aku mulai rutin konsumsi obat dan vitamin selain itu juga benar-benar menjaga makanan, tetapi karena kondisiku sedang anosmia maka makanan dan minuman terasa hambar. 
Salah seorang temanku bercerita saat dia menjadi pasien Covid-19, dia mengkonsumsi bubur ayam agar mudah dicerna dan tidak butuh effort besar saat makan. 

5. Minum vitamin, rutin cek kondisi kesehatan

Awalnya aku tidak rutin konsumasi vitamin, ketika mulai bergejala dan benar-benar merasakan tidak nyaman dengan kondisi kesehatanku barulah aku rutin konsumsi obat dan vitamin. 

Untuk obat, aku memperoleh dari Puskesmas terdekat. Untuk vitamin, aku konsumsi redoxon dan obat Lianhua Qingwen. Oya guys bagi yang belum pernah konsumsi obat cina Lianhua Qingwen, aku mau sharing nih jadi Penggunaan Obat ini yaitu mengkonsumsi 4 tablet sekali makan dan tiga kali sehari. Beberapa teman ku mengatakan mengalami perubahan yang positif yaitu gejalanya berkurang. Aku pribadi tidak rutin konsumsi obat ini, hanya sekali sehari dan 4 tablet sekali makan. Efeknya tidak terlalu terlihat, hanya saja aku merasa ingin istirahat dan tidur, setelah bangun tidur terasa segar. Nah kalau kalian mengkonsumsi obat ini, aku saranin untuk minum air putih banyak-banyak, dan air seni kita berwarna kuning.

6 Berjemur


Silakan ditambah jika kalian ingin menambahka nya.

oximeter- aku rutin mengecek karena khawatir takut tiba-tiba drop

 Guys, sekalian cerita pengalaman ku selama menderita Covid-19. Tulisan ini kuperuntukkan untuk diriku dimasa depan sehingga bisa belajar dan tidak mengulangi yang lalu. Selain itu, semoga melalui tulisan ini aku bisa memberi masukan, atau gambaran bagaimana rasa tidak enaknya terinfeksi Covid-19 untuk orang yang bergejala.

Poin pentingnya adalah gejala tiap orang berbeda-beda. Ada yang bergejala berat dan ada yang tidak. Cerita ini adalah based from my experience jadi pandangan dan pendapat adalah dari diriku sendiri, Jadi jika ada salah salah pengartian, salah menanggapi berdasarkan pengetahuanku yag kurang mumpuni.

Informasi 

 Untuk berita-berita yang dishare di grup whatsapp keluarga atau grup line teman seangkatan terkadang kita ga bisa menolak berita yang mereka share, tetapi semua berita yang kita terima dapat kita filter Ketika membacanya. Jadi berita-berita yang sumber informasi dan penulisnya tidak menyakinkan lebih baik tidak di share lagi misalnya berita yang secara tersirat profokasi, dan lain-lain. Jadi semua informasi yang kita terima, kita sendirilah yang memilah mana yang baik atau tidak

 Beberapa sumber informatif tentang Covid-19 dan vaksinasi terpercaya

1. https://covid19.go.id/

2. https://www.kemkes.go.id

3. https://www.cdc.gov/

4. https://www.who.int/

dan lain-lain

Selain dari beberapa website diatas, aku juga mengikut/ follow akun twitter dari website tersebut jadi informasi-informasi terbaru cepat terakses


So, sampai jumpa pada ceritaku selanjutnya

xoxo

Ira 




You Might Also Like

1 Comments

Subscribe